BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi
yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk
membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa.
Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang
mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada peserta didik untuk
selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan
belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk
keterampilan, sikap, dan perilaku sehari-hari sehingga peserta didik akan
berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya. Kegiatan belajar dan mengajar
inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 10).
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah
bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik
secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.
Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala
keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social dengan latar belakang
yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu
dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang
melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik
disekolah. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas
dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas,tujan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perllu terjadi,
karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah
satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak
didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah
upaya lain yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak
dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu
memanfatkan beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan
media pendidikan baru demi terwujudnya tujuan bersama.
Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk
membantu peserta didik melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiat¬an belajar
menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran
akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga,
dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut juga alat peraga
atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-alat yang dapat
dilihat, alat yang dapat didengar (media audio), dan alat-alat yang dapat
didengar dan dilihat (audio visual aids), serta sumber–sumber masyarakat yang
dapat dialami secara langsung (Hamalik, 1999 : 51).
Media pembelajaran adalah sarana yang dapat dimanipulasikan dan
dapat digunakan mempengaruhi pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta
didik, sehingga mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Pikiran, perasaan,
perhatian dan sikap peserta didik dalam pembelajaran dapat dirangsang dengan
menggunakan media pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Efektifitas dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang direncanakan
dapat terlaksana.dalam arti bahwa apabila hasilnya menunjukan presentase yang
besar atau tidak jauh dari perencanan maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut
cukup efekif dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada
maka dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif (Henyat, 1993: 50). Dengan
digunakannya media pembelajaran, maka diharapkan peserta didik akan mudah dalam
menyerap mata pelajaran yang dipelajari, sehingga akan mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis batasi permasalahanya dalam rumusan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian media pembelajaran,
implementasi dan pengembangan media pembelajaran?
2. Apa saja kriteria pemilihan media
pembelajaran?
3. Bagaimanakah langkah-langkah dalam
pengembangan media pembelajaran?
3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
1. Pengertian media pembelajaran, implementasi
dan pengembangan media pembelajaran?
2. Kriteria pemilihan media pembelajaran
3. Langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata media merupakan bentuk jamak dari
kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar
terjadinya komunikasi
dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan
definisitersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi.Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator),bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan
tujuan pembelajaran. Jadi,
Media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran,
dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.Posisi
media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi
yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran
adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Media pembelajaran juga
dapat dikatakan sebagai bahan, alat/media, maupun
metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat
berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah dicita-citakan.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa
dengan lingkungan, fungsi media dapatdiketahui berdasarkan adanya kelebihan
media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga
kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan
manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan
berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah
ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.
Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
Radio.
Secara sederhana implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
(dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai
aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam
Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70)
mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (1989: 414). Dan
lebih dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS
Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah,
berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya) (2002: 473). Kegiatan
pengembangan meliputi tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang
diikuti dengan kegiatan penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang dianggap
memadahi. Untuk melakukan kegiatan pengembangan media pembelajaran diperlukan
prosedur pengembangan. Prosedur pengembangan adalah langkah-langkah prosedural
yang harus ditempuh oleh pengembang agar sampai ke produk yang
dispesifikasikan. Prosedur pengembangan media meliputi beberapa tahap, yaitu
perencanaan atau penyusunan rancangan media, produksi media, dan evaluasi
media. Kriteria pemilihan media pembelajaran
yaitu:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari
segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Media harus tepat untuk mendukung isi
pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
3) Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika
tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak
perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama bukanlah
jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang
ada, mudah diperolh dan mudah dibuat sendirioleh guru. Media yang dipilih
sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di
lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.
4) Media harus dapat digunakan guru dengan baik
dan terampil. Apapun medianya, guru harus mampu menggunakan dalam proses
pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor slide, dan
film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru belum
dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
5) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar
maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual
pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin
disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar
belakang.
6) Media yang digunakan harus sesuai dengan
taraf berfikir siswa.
7) Media yang digunakan harus dapat menunjang
dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajan
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
B. Pengembangan Media Pembelajaran
Secara
garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah
besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan
penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan
langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6
(enam) langkah sebagai berikut:
1)
Menganalisis kebutuhan
dan karakteristik siswa
Kebutuhan
dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa
dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka
perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah
kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis
karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan
yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau
dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa
topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan
media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang
diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
contoh
melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku
hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya,
mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan.
namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi
kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya
menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan
kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan
siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
|
2)
Merumuskan tujuan
intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam
proses belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat
penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia
harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan.
Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat
dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk
dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu:
a.
Tujuan instruksional
harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar
harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh
setelah proses belajar dilakukan.
b.
Tujuan harus dinyatakan
dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu
prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.
Beberapa
contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:
Kata Kerja
Operasional
|
Kata Kerja tidak
Operasional
|
Mengidentifikasikan
Menyebutkan
Menunjukkan
Memilih
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Menyimpulkan
Mendemostrasikan
Membuat
Menghitung
Menunjukkan
Menemukan
Membedakan, dll
|
Mengerti
Memahami
Menghargai
Menyukai
Mempercayai
Dan lain-lain
|
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya
memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing komponen
tersebut sebagai berikut:
A =
|
Audience
adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
|
B =
|
Behavior
adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung
|
C =
|
Condition adalah
menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat
mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
|
D =
|
Degree
adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
|
Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti
praktek sholat, siswa kelas 6
MI dapat mempraktekkannya
(C)
(A)
(B)
(sholat) dengan benar
(D)
Siswa kelas VI SD
dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di
(A)
(B)
Indonesia dengan benar
(D)
|
3)
Merumuskan butir-butir
materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Penyusunan
rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan
yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun
adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses
belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka
langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada
tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.
Contoh Rumusan Butir-butir Materi dari Rumusan
Tujuan Pembelajaran di atas:
1.
Praktek Sholat
2.
Nama Pulau-pulau besar
yang ada di Indonesia
|
4)
Mengembangkan alat
pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya
dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur
ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari
materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan
tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh
pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang
dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta
mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah
siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang
digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika
tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai
tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas
penyajiannya.
Sebagai salah satu contoh tentang alat
pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai
berikut:
Rumusan Tujuan
|
Rumusan Materi
|
Alat Pengukur (Tes)
|
Siswa dapat menyebutkan minimal 5 pulau
besar yang ada di Indonesia dengan benar
|
Nama-nama pulau Besar yang ada di
Indonesia
|
Sebutkan minimal 5 nama-nama
pulau besar yang ada di Indonesia
|
Siswa kelas VI MI dapat
mempraktekkan tata cara sholat dengan benar
|
Tata Cara Sholat
|
· - Sebutkan bacaan
ketika Ruku, I’tidal dan Sujud
-
Tunjukkan gerakan
ruku dan I’tidal
|
Dari contoh di atas, jelaslah bahwa
penyusunan alat ukur keberhasilannya harus berdasar dari rumusan tujuan dan
materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui media pembelajaran tersebut.
5)
Menulis naskah media
Naskah media adalah bentuk penyajian
materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran
dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah
dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui
media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang
kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah
sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita
dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan
gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang
harus direkam. Dalam
teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan
naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan
sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah,
revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program
media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun
dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari
urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan
suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut
dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca
narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.
Petunjuk
praktis untuk menulis naskah narasi:
a)
Tulisan singkat,
padat dan sederhana
b)
Tulisan seperti
menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama dan mudah diingat
c)
Tulisan tidak harus
berupa kalimat yang lengkap
d)
Pikirkan frase yang
dapat melengkapi visual dan tuntun siswa kepada hal-hal yang penting
e)
Hindari istilah
teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan
f)
Tulisan dalam kalimat
aktif
g)
Usahakan setiap
kalimat tidak lebih dari 15 kata. diperkirakan dalam setiap kalimat memakan
waktu satu tayangan visual kurang dari 10 detik
h)
setelah menulis
narasi, baca narasi itu dengan suara keras
i)
Edit dan revisi
naskah narasi itu sebagaimana perlunya
|
6)
Mengadakan penilaian (evaluasi media)
dan revisi
Penilaian media
adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program
tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik,
tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak
merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini
tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi
media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan
dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar.
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus
dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan
prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media
pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis
inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael
Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual
(belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara
mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat
dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga
melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan
menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk
memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari
tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi
sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap
media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan
pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media
tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk
menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu
atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi
inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam
mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah :
a) Evaluasi satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang
designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat
mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada
mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri,
biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya.
Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari
populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan
satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok
ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan.
b) Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media
perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target.
Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut
data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika
lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang
bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih
dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan
sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan
pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
c) Evaluasi Lapangan
Evaluasi
lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan.
Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi
sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang
dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus
dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat
itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar
30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian,
kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan lain
sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.
Jika semua langkah-langkah tersebut
telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka
langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi
bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau
disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian
medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan
perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan
mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
implementasi bisa diartikan
pelaksanaan atau penerapan.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Pengembangan adalah
perbuatan menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan
sebagainya)
2.
Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
-
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
-
Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip atau generalisasi.
-
Media harus praktis, luwes dan bertahan.
-
Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil.
-
Mutu teknis.
-
Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
-
Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa
terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajan dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
3.
Arief Sadiman, dkk,
memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program
media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
-
Menganalisis kebutuhan
dan karakteristik siswa
-
Merumuskan tujuan
intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
-
Merumuskan butir-butir
materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
-
Mengembangkan alat
pengukur keberhasilan
-
Menulis naskah media
-
Mengadakan tes dan
revisi
Daftar Pustaka
Depdiknas,
2003 Media Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Hamalik
Oemar, 1999, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono, Anung, 2009, Media
Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Henyat Soetomo. 1993.
Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto, 2003. Belajar
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana Nana, 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana Nana, 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Subhanalloh pak iwan, sukses deh.....jn lupa, menunggu tugas berikutnya. Jazakalloh atas infonya.....
BalasHapus